Salah satu penyakit penyebab kematian utama yang disebabkan oleh infeksi, adalah Tuberkulosis (TB). TB merupakan ancaman bagi penduduk Indonesia, pada tahun 2004, sebanyak seperempat juta orang bertambah penderita baru dan sekitar 140.000 kematian setiap tahunnya. Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobakterium tuberkulosis. Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah. Di Indonesia, penyakit ini merupakan penyakit infeksi terpenting setelah eradikasi penyakit malaria.
Mycobacterium Tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Pada tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TBC karena pada sebagian besar negara didunia, penyakit TBC tidak terkendali. Ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita menular (BTA posiif).
Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita TBC dengan kematian 3 juta orang ( WHO, Treatment of Tuberculosis, Guildelines of National Progmmes, 1997).
Dinegara-negara berkembang kematian TBC merupakan 25% dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95% penderita TBC berada dinegara berkembang, 75% penderita TBC adalah kelompok usia produktif (15-50). Munculnya, Epidemi HIV/AIDS didunia diperkirakan penderita TBC akan meningkat. Kematian wanita karena TBC lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas (WHO).
Penyakit TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat, Tahun 1995, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa penyakit TBC merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah penyakit cardiovaskular dan penyakit saluran pernafasan pada kelompok usia, dan nomor satu (1) dari golongan penyakit infeksi. Kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TBC Paru BTA
Sebagian besar penderita TB adalah penduduk yang berusia produktif antara 15-55 tahun, dan penyakit ini merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernafasan akut pada seluruh kalangan usia.
Pemerintah melalui Program Nasional Pengendalian TB telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi TB, yakni dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). World Health Organization (WHO) merekomendasikan 5 komponen strategi DOTS yakni :
1.Tanggung jawab politis dari para pengambil keputusan (termasuk dukungan dana).
2.Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis.
3.Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung Pengawas Menelan Obat (PMO).
4.Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin.
5.Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB.
Walaupun di Indonesia telah banyak kemajuan yang diperoleh, yakni pencapaian penemuan kasus baru 51,6 % dari target global 70 % dibandingkan pencapaian 20 % pada tahun 2002 dan 37 % pada tahun 2003, juga penyediaan obat-obat anti TB yang dijamin oleh pemerintah untuk sarana pelayanan kesehatan pemerintah mencukupi kebutuhan prakiraan kasus di seluruh Indonesia, TB tetap belum dapat diberantas, bahkan diperkirakan jumlah penderita TB terus meningkat. Peningkatan jumlah penderita TB disebabkan oleh berbagai faktor, yakni kurangnya tingkat kepatuhan penderita untuk berobat dan meminum obat, harga obat yang mahal, timbulnya resistensi ganda, kurangnya daya tahan hospes terhadap mikobakteria, berkurangnya daya bakterisid obat yang ada, meningkatnya kasus HIV/AIDS dan krisis ekonomi.
Meskipun berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah, namun tanpa peran serta
masyarakat tentunya tidak akan dicapai hasil yang optimal karena TB tidak hanya masalah kesehatan namun juga merupakan masalah sosial. Keberhasilan penanggulangan TB sangat bergantung pada tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat.
Positif. Penyakit TBC menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif.
Program penanggulangan TBC dengan strategi Dots baru mencapai sekitar 10% dan error rate pemeriksaan Laboratorium belum dihitung dengan baik meskipun Cure rate lebih besar dari 85%.
Pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak lengkap dimasa lalu, diduga telah menimbulkan kekebalan ganda kuman TBC terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT) atau Multi Drug Resistance (MDR).