Falsafah berasal dari bahasa Yunani. Kata ini adalah kata benda kerja (mashdar) Arab yang ditarik dari kata philosophia, yang merupakan gabungan dari philos dan sophia, kata yang pertama berarti cinta dan kata yang kedua berarti kebijaksaan. Oleh karena itu, philosophia berarti cinta akan kebijaksaan. Plato menyebut socrates sebagai seorang philosophos (filosof) dalam pengertian seorang pecinta kebijaksanaan. Oleh karena itu kata falsafah merupakan suatu arabisasi, suatu mashdar yang berarti kerja atau pencarian para filosof. Sebelum socrates ada, ada satu kelompok yang menyebut diri mereka sophist (kaum sarjana) yang berarti para sarjana, mereka menjadikan persepsi manusia sebagai ukuran realitas (kebenaran, hakikat) dan menggunakan hujjah-hujjah yang keliru dalam kesimpulan-kesimpulan mereka. Secara bertahab “sophist, sophistes” kehilangan makna aslinya dan kemudian menjadi seorang yang menggunakan hujjah-hujjah yang keliru. Dengan demikian kita mempunyai kata sophistry (cara berpikir menyesatkan), yang asal yang sama dalam bahasa Arab dengan kata safsathah dengan arti yang sama. Oleh karena itu socrates dengan kerendahan hati dan mungkin juga keinginan untuk menghindarkan pengidentifikasian dengan kaum sophis, melarang orang menyebutnya sebagai seorang yang sophis atau seorang sarjana. Oleh karena itu, dia menyebut dirinya dengan seorang filosof. Filsafat kemudian menjadi sama artinya dengan kebijaksanaan (kebenaran). Oleh sebab itu filosof sebagai satu istilah tehnis, tidak dipakai seorang pun sebelum jaman socrates dan tidak dikenakan pada orang segera setelahnya. Istilah philosophia juga tidak mempunyai arti yang definitif pada zaman itu ; diceritakan bahwa bahkan Aristoteles pun tidak menggunakannya, barulah kemudian penggunaan istilah philosoph(filsafat) dan philosophos (filosof) meluas.