BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini peranan laboratorium kesehatan/klinik untuk menunjang diagnostik suatu penyakit dan kesehatan publik sangat dirasakan manfaatnya, bahkan terjadi pergeseran nilai menjadi suatu kebutuhan mutlak bagi klinisi. Tidak akan lengkap suatu diagnosis penyakit tanpa hadirnya hasil laboratorium. Bahkan peranannya mulai bergeser dari penunjang diagnosis menjadi penentu utama diagnosis (main diagnosis).
Seorang dokter menghadapi pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD), terlihat seakan bodoh apabila melihat pasien yang diperiksa fisik, anamnesis dan melakukan diagnosis namun tidak bisa menentukan diagnosis bahkan bingung dihadapkan 2 dilematis apakah penyakit A atau B bahkan atau C. Disinilah letak kehebatan sebuah laboratorium, yang lebih cerdas dan smart dalam menentukan diagnosis. Tapi mengapa masih banyak dokter yang meremehkan hasil laboratorium, hasil tidak sesuai dengan diagnosis dia atau hanya menutupi mungkin kebodohannya saja, apalagi dokter umum yang sok tahu dan sok hebat. Kita dapat saja berdebat bila memang hasil lab kita memang tepat dan teliti.
Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi penting dalam diagnosis invitro. Setidaknya terdapat 5 alasan penting mengapa pemeriksaan laboratorium diperlukan, yaitu : skrining, diagnosis, pemantauan progresifitas penyakit, monitor pengobatan dan prognosis penyakit. Oleh karena itu setiap laboratorium harus dapat memberikan data hasil tes yang teliti, cepat dan tepat.
BAB II
ISI
Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga tahapan penting, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pada umumnya yang sering sering diawasi dalam pengendalian mutu hanya tahap analitik dan pasca analitik yang lebih cenderung kepada urusan administrasi, sedangkan proses pra analitik kurang mendapat perhatian.
Kesalahan pada proses pra-analitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%. Proses pra-analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pra-analitik ekstra laboratorium dan pra-analitik intra laboratorium. Proses-proses tersebut meliputi persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium, penanganan spesimen, dan penyimpanan spesimen.
A. Persiapan Pasien
Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan laboratorium bagi pasien. Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru bagi pasien.
Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien akan menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis sangat berpengaruh terhadap hasil laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan akan memberikan penilaian hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat terjadi bila keluarga pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik.
Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses pra-analitik yang dapat mempengaruhi keandalan pengujian laboratorium, tapi yang hampir tidak dapat diidentifikasi oleh staf laboratorium. Ini terutama mencakup variabel fisik pasien, seperti latihan fisik, puasa, diet, stres, efek posisi, menstruasi, kehamilan, gaya hidup (konsumsi alkohol, rokok, kopi, obat adiktif), usia, jenis kelamin, variasi diurnal, pasca transfusi, pasca donasi, pasca operasi, ketinggian. Karena variabel tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa variabel biokimia dan hematologi, maka gaya hidup individu dan ritme biologis pasien harus selalu dipertimbangkan sebelum pengambilan sampel.
B. Persiapan Pengumpulan Spesimen
Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan
2. Volume mencukupi
3. Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak berubah bentuk, steril (untuk kultur kuman)
4. Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat
5. Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat
6. Identitas benar sesuai dengan data pasien
Sebelum pengambilan spesimen, periksa form permintaan laboratorium. Identitas pasien harus ditulis dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis, dsb) disertai diagnosis atau keterangan klinis. Periksa apakah identitas telah ditulis dengan benar sesuai dengan pasien yang akan diambil spesimen.
Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa. Tanyakan juga mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dsb. Catat apabila pasien telah mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok, minum alkohol, pasca transfusi, dsb. Catatan ini nantinya harus disertakan pada lembar hasil laboratorium.
a. Peralatan
Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
• bersih, kering
• tidak mengandung deterjen atau bahan kimia
• terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen
• sekali pakai buang (disposable)
• steril (terutama untuk kultur kuman)
• tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan volume spesimen
b. Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Volume darah yang ditambahkan juga harus tepat.
c. Pemilihan Lokasi Pengambilan Spesimen
Tentukan lokasi pengambilan spesimen sesuai dengan jenis spesimen yang diperlukan, seperti :
• Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena cephalic, atau vena basilic). Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau transfusi, bekas luka, hematoma, oedema, canula, fistula
• Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan), arteri brachialis (lengan), atau arteri femoralis (lipat paha).
• Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis tangan bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki pada bayi. Tempat yang dipilih untuk pengambilan tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti sianosis atau pucat.
• Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang sedang mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.
d. Waktu Pengambilan
Penentuan waktu pengambilan spesimen penting untuk diperhatikan.
• Umumnya pengambilan dilakukan pada waktu pagi (ideal)
• Spesimen untuk kultur kuman diambil sebelum pemberian antibiotik
• Spesimen untuk pemeriksaan GO diambil 2 jam setelah buang air yang terakhir
• Spesimen untuk malaria diambil pada waktu demam
• Spesimen untuk mikrofilaria diambil pada tengah malam
• Spesimen dahak untuk pemeriksaan BTA diambil pagi hari setelah bangun tidur Spesimen darah untuk pemeriksaan profil besi diambil pada pagi hari dan setelah puasa 10-12 jam
C. Identifikasi Pasien
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus dilakukan karena merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas meliputi pengisian formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dan pemberian label pada wadah spesimen. Keduanya harus cocok sama.
Pemberian identitas ini setidaknya memuat nama pasien, nomor ID atau nomor rekam medis serta tanggal pengambilan. Kesalahan pemberian identitas dapat merugikan. Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus pada label dan formulir permintaan laboratorium.
D. Pengiriman Spesimen Ke Laboratorium
Spesimen yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium.
1. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing pemeriksaan.
2. Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang.
3. Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap. Pastikan bahwa identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama.
4. Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen ke laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen. Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan
5. Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak atau tas khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat ditutup rapat dan mudah dibawa.
E. Penanganan Pasien
1. Identifikasi dan registrasi specimen
2. Seluruh spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius
3. Patuhi cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung yang benar
4. Gunakan sentrifus yang terkalibrasi
5. Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung lain, tempeli label
6. Segera distribusikan spesimen ke ruang pemeriksaan
F. Penyimpanan Spesimen
1. Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan dikirim ke laboratorium lain
2. Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan stabilitasnya
3. Hindari penyimpanan whole blood di refrigerator
4. Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan terlarut sempurna. Hindari terjadinya busa.
5. Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi / pengulangan
6. Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC, suhu kamar, suhu -20ºC, -70ºC atau -120ºC jangan sampai terjadi beku ulang.
7. Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum, maka plasma atau serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan.
8. Memberi bahan pengawet pada spesimen
9. Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas maka ditarik sebuah kesimpulan yaitu :
1. Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi penting dalam diagnosis invitro. Setidaknya terdapat 5 alasan penting mengapa pemeriksaan laboratorium diperlukan, yaitu : skrining, diagnosis, pemantauan progresifitas penyakit.
2. Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga tahapan penting, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik.
3. Kesalahan pada proses pra-analitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%.
4. Proses pra-analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pra-analitik ekstra laboratorium dan pra-analitik intra laboratorium. Proses-proses tersebut meliputi persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium, penanganan spesimen, dan penyimpanan spesimen.