Negara-negara pengimpor suatu produk strategis terutama negara maju baik belahan dunia barat maupun timur telah mensyaratkan penerapan sistem Manajemen Mutu, Sistem Manajemen Lingkungan, Social Accountabillity (Social Clause), Sertifikasi Produk, dan Sitem menajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Persyaratan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi standar baik internasional, regional maupun badan sertifikasi.
Untuk membuktikan bahwa persyaratan tersebut telah dipenuhi oleh suatu perusahaan, maka harus dibuktikan dengan cara pengukuran kinerja keselamatan dan kesehatan kerja yang merupakan bagian dari proses akrediritas maupun sertifikasi. pengukuran kinerja tersebut merupakan salah satu aspek penting dalam sistem manjemen keselamatan dan kesehatan kerja. Sejalan dengan konsep menajemen modem, maka aspek pengukuran kinerja tersebut dilaksanakan dalam berbagai kegiatan perusahaan yang dimulai sejak tahap perencanaan, konstruksi sampai tahap operasi.
Sesuai dengan ISO 14000 bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan siklus yang berkelanjutan, dimana salah satu tahapan penting yakni melaksanakan monitoring atau pengukuran kinerja penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pengukuran kinerja tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan, kelemahan atau kekurangan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah diterapkan oleh perusahaan.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil pengukuran kinerja penerapan keselamatan dan kesehatan kerja tersebut maka dapat digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan upaya perbaikan atau penyempurnaan secara terus menerus.
Setiap kegiatan selalu diikuti dengan resiko bahaya yang dapat berakibat terjadinya kecelakaan, kecelakaan yang terjadi pada suatu kegiatan industri merupakan hasil akhir dari suatu aturan yang ada dan kondisi kerja yang tidak nyaman. Walaupan demikian terjadinya kecelakaan seharusnya dapat di cegah dan diminimalisasikan, karena kecelakaan tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Terjadinya kecelakaan pada umumnyaditimbulkan oleh beberapa faktor penyebab, oleh karena itu terjadinya kecelakaan harus diteliti faktor-faktor penyebabnya denga tujuan untuk menentukan usaha-usaha pembinaan dan pengawasan keselamatan kerja yang tepat secara efektif dan efisian sehingga terjadinya kecelakaan dapat dicegah.
Sebagai faktor penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya bersumber pada faktor lingkungan kerja dan faktor manusia, berdasarkan statistik kecelakaan, kejadian kecelakaan kerja lebih dari 85% disebabkan oleh faktor manusia sehingga perhatian ditekankan kepada aspek manusia.
Perilaku pekerja yang tidak aman yang dapat membahayakan, kondisi yang berbahaya, kondisi hampir celaka dan penyakit akibat kerja adalah gejala dari kurang berfungsinya manjemen. Permasalahan keselamayan dan kesehatan kerja harus dicari penyebab dasar masalah hingga ditemukan tugas dan fungsi yang tidak dilaksanakan denganbaik yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
Bahaya – bahaya yang ada di tempat kerja pada dasarnya berpotensi dapat menimbulakn terjadinya kecelakaan, maka harus diidentifikasi dan dikelola dengan baik sejak mulai dari perencanaan, konstruksi, operasi sampai dengan pasca operasi.
Secara umum resiko bahaya kebakaran dan kecelkaan sudah disadari oleh perusahaan-perusahaan dilingkungan kegiatan usaha apapun, oleh karena itu setiap perusahaan yang bergerak melakukan kegiatan usaha pada umumnya telah melakukan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangannya antara lain telah menyediakan fasilitas keselamatan kerja perorangan (Personal Protection Equipment) dan sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran baik secara permanen maupun yang portable.
Dalam melakukan kegiatan didalam laboratorium, kimia kita harus menyadari bahwa dalam setiap kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dan kebakaran sehingga penting sekali aspek keselamatan dan kesehatan kerja disini.
Merupakan kebijakan manajemen untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada laboratorium,kimia melindungi harta milik perusahaan dari kerusakan dan memberikan keamanan kepada karyawan sehubungan dengan pengoperasian dan penggunaan fasilitas laboratorium kimia klinik di perusahaan.
Setiap pengguna laboratorium kimia klinik harus mempunyai rasa tanggung jawab yang penuh akan keselamatan dan kesehatan kerja didalam laboratorium. Untuk itu perlu di buat peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur yang di tetapkan dan harus ditaati selalu pada setiap kegiatan yang dilakukan didalam laboratorium. Penyelenggara terhadap peraturan-peraturan dan prosedur kerja dapat dikenakan sanksi Manajemen tidak menginginkan program keselamatan dan kesehatan kerja dalam laboratorium kimia hanya merupakan fungsi pelengkap, tetapi harus dilaksanakan . setiap orang yang akan melakukan pekerjaan di dalam laboratorium kimia harus membaca peraturan yang ada serta memahami buku petunjuk di dalam laboratorium. Dalam laboratorium kimia klinik diperlukan suatu panduan untuk keselamatan kerja dan keselamatan laboratorium harus ditempatkan di tingkatan prioritas yang paling tinggi dan anda adalah bertanggung jawab untuk suatu laboratorium kimia yang aman.
Untuk membuktikan bahwa persyaratan tersebut telah dipenuhi oleh suatu perusahaan, maka harus dibuktikan dengan cara pengukuran kinerja keselamatan dan kesehatan kerja yang merupakan bagian dari proses akrediritas maupun sertifikasi. pengukuran kinerja tersebut merupakan salah satu aspek penting dalam sistem manjemen keselamatan dan kesehatan kerja. Sejalan dengan konsep menajemen modem, maka aspek pengukuran kinerja tersebut dilaksanakan dalam berbagai kegiatan perusahaan yang dimulai sejak tahap perencanaan, konstruksi sampai tahap operasi.
Sesuai dengan ISO 14000 bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan siklus yang berkelanjutan, dimana salah satu tahapan penting yakni melaksanakan monitoring atau pengukuran kinerja penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pengukuran kinerja tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan, kelemahan atau kekurangan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah diterapkan oleh perusahaan.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil pengukuran kinerja penerapan keselamatan dan kesehatan kerja tersebut maka dapat digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan upaya perbaikan atau penyempurnaan secara terus menerus.
Setiap kegiatan selalu diikuti dengan resiko bahaya yang dapat berakibat terjadinya kecelakaan, kecelakaan yang terjadi pada suatu kegiatan industri merupakan hasil akhir dari suatu aturan yang ada dan kondisi kerja yang tidak nyaman. Walaupan demikian terjadinya kecelakaan seharusnya dapat di cegah dan diminimalisasikan, karena kecelakaan tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Terjadinya kecelakaan pada umumnyaditimbulkan oleh beberapa faktor penyebab, oleh karena itu terjadinya kecelakaan harus diteliti faktor-faktor penyebabnya denga tujuan untuk menentukan usaha-usaha pembinaan dan pengawasan keselamatan kerja yang tepat secara efektif dan efisian sehingga terjadinya kecelakaan dapat dicegah.
Sebagai faktor penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya bersumber pada faktor lingkungan kerja dan faktor manusia, berdasarkan statistik kecelakaan, kejadian kecelakaan kerja lebih dari 85% disebabkan oleh faktor manusia sehingga perhatian ditekankan kepada aspek manusia.
Perilaku pekerja yang tidak aman yang dapat membahayakan, kondisi yang berbahaya, kondisi hampir celaka dan penyakit akibat kerja adalah gejala dari kurang berfungsinya manjemen. Permasalahan keselamayan dan kesehatan kerja harus dicari penyebab dasar masalah hingga ditemukan tugas dan fungsi yang tidak dilaksanakan denganbaik yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
Bahaya – bahaya yang ada di tempat kerja pada dasarnya berpotensi dapat menimbulakn terjadinya kecelakaan, maka harus diidentifikasi dan dikelola dengan baik sejak mulai dari perencanaan, konstruksi, operasi sampai dengan pasca operasi.
Secara umum resiko bahaya kebakaran dan kecelkaan sudah disadari oleh perusahaan-perusahaan dilingkungan kegiatan usaha apapun, oleh karena itu setiap perusahaan yang bergerak melakukan kegiatan usaha pada umumnya telah melakukan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangannya antara lain telah menyediakan fasilitas keselamatan kerja perorangan (Personal Protection Equipment) dan sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran baik secara permanen maupun yang portable.
Dalam melakukan kegiatan didalam laboratorium, kimia kita harus menyadari bahwa dalam setiap kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dan kebakaran sehingga penting sekali aspek keselamatan dan kesehatan kerja disini.
Merupakan kebijakan manajemen untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada laboratorium,kimia melindungi harta milik perusahaan dari kerusakan dan memberikan keamanan kepada karyawan sehubungan dengan pengoperasian dan penggunaan fasilitas laboratorium kimia klinik di perusahaan.
Setiap pengguna laboratorium kimia klinik harus mempunyai rasa tanggung jawab yang penuh akan keselamatan dan kesehatan kerja didalam laboratorium. Untuk itu perlu di buat peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur yang di tetapkan dan harus ditaati selalu pada setiap kegiatan yang dilakukan didalam laboratorium. Penyelenggara terhadap peraturan-peraturan dan prosedur kerja dapat dikenakan sanksi Manajemen tidak menginginkan program keselamatan dan kesehatan kerja dalam laboratorium kimia hanya merupakan fungsi pelengkap, tetapi harus dilaksanakan . setiap orang yang akan melakukan pekerjaan di dalam laboratorium kimia harus membaca peraturan yang ada serta memahami buku petunjuk di dalam laboratorium. Dalam laboratorium kimia klinik diperlukan suatu panduan untuk keselamatan kerja dan keselamatan laboratorium harus ditempatkan di tingkatan prioritas yang paling tinggi dan anda adalah bertanggung jawab untuk suatu laboratorium kimia yang aman.
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan dilakukan di masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium kimia. Dalam perencanaan, kegiatan yang ditentukan meliputi :
1. Apa yang dikerjakan
2. Bagaimana mengerjakannya
3. Mengapa mengerjakan
4. Siapa yang mengerjakan
5. Kapan harus dikerjakan
6. Di mana kegiatan itu harus dikerjakan
Kegiatan laboratorium kimia sekarang tidak lagi hanya di bidang pelayanan, tetapi sudah mencakup kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian, juga metode-metode yang dipakai makin banyak ragamnya; semuanya menyebabkan resiko bahaya yang dapat terjadi dalam laboratorium makin besar. Oleh karena itu usaha-usaha pengamanan kerja di laboratorium harus ditangani secara serius oleh organisasi keselamatan kerja laboratorium.
1. Apa yang dikerjakan
2. Bagaimana mengerjakannya
3. Mengapa mengerjakan
4. Siapa yang mengerjakan
5. Kapan harus dikerjakan
6. Di mana kegiatan itu harus dikerjakan
Kegiatan laboratorium kimia sekarang tidak lagi hanya di bidang pelayanan, tetapi sudah mencakup kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian, juga metode-metode yang dipakai makin banyak ragamnya; semuanya menyebabkan resiko bahaya yang dapat terjadi dalam laboratorium makin besar. Oleh karena itu usaha-usaha pengamanan kerja di laboratorium harus ditangani secara serius oleh organisasi keselamatan kerja laboratorium.
C. Pelaksanaan (Actuating)
Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong semangat kerja bawahan, mengerahkan aktivitas bawahan, mengkoordinasikan berbagai aktivitas bawahan menjadi aktivitas yang kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas bawahan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium kimia sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap individu yang bekerja dalam laboratorium kimia wajib mengetahui dan memahami semua hal yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber kecelakaan kerja dalam laboratorium, serta memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja tersebut.
Kemudian mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai spesimen reagensia dan alat-alat. Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul permasalahan, keragu-raguan atau pertentangan, maka menjadi tugas manajer untuk mengambil keputusan penyelesaiannya.
D. Evaluasi
Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di laboratorium kimia adalah salah satu fungsi manajemen laboratorium yang berupa suatu langkah yang diambil untuk mengetahui dan menilai sampai sejauh mana proses kegiatan K3 laboratorium kimia itu berjalan dan mempertanyakan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3 laboratorium kimia dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium kimia sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap individu yang bekerja dalam laboratorium kimia wajib mengetahui dan memahami semua hal yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber kecelakaan kerja dalam laboratorium, serta memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja tersebut.
Kemudian mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai spesimen reagensia dan alat-alat. Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul permasalahan, keragu-raguan atau pertentangan, maka menjadi tugas manajer untuk mengambil keputusan penyelesaiannya.
D. Evaluasi
Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di laboratorium kimia adalah salah satu fungsi manajemen laboratorium yang berupa suatu langkah yang diambil untuk mengetahui dan menilai sampai sejauh mana proses kegiatan K3 laboratorium kimia itu berjalan dan mempertanyakan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3 laboratorium kimia dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Evaluasi K3 Laboratorium kimia meliputi:
1. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan manajemen Laboratorium, yang meliputi:
1. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan manajemen Laboratorium, yang meliputi:
a. Pencatatan dan pelaporan K3.
b. Pencatatan semua kegiatan K3.
c. Pencaatan dan pelaporan KAK.
d. Pencatatan dan pelaporan PAK.
2. Inspeksi dan pengujian.
Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai kegiatan K3 secara umum dan tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 dilakukan secara berkala, terutama oleh petugas K3 sehingga kejadian PAK dan KAK dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain adalah pengujian baik terhadap lingkungan maupun pemeriksaan terhadap pekerja beresiko seperti biological monitoring (pemantauan secara biologis).
3. Melaksanakan audit K3.
Audit K3 meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan, karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan karyawan dan program pendidikan, evaluasi dan pengendalian.
Tujuan audit K3:
a. Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan.
b. Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai ketentuan.
c. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta pengembangan mutu.
Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit, identifikasi, penilaian risiko direkomendasikan kepada manajemen puncak. Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen secara berkesinambungan untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3.
E. Instruksi Kerja
Instruksi kerja yang harus dapat dipahami oleh semua orang yang menggunakannya. Oleh karena itu, penulis harus selalu mencoba untuk menulis prosedur sesederhana mungkin dan mampu mengomunikasikan isinya dengan baik. Di bawah ini adalah langkah-langkah penulisan instruksi kerja yang efektif dan efisien, antara lain :
1. Tulislah tiap langkah dengan kalimat pendek.
Kalimat yang panjang lebih sulit untuk dipahami dan cenderung terdiri lebih dari satu langkah. Beberapa kalimat pendek biasanya lebih mudah untuk dipahami. Contohnya penulisan instruksi kerja dalam kasus pembersihan suatu alat adalah sebagai berikut:
Kalimat Panjang :
“ Gunakan sarung tangan untuk membersihkan debu dan bercak dari alat atau keringkan dengan lap jika alat basah”
Kalimat Pendek :
Bersihkan debu dan bercak dari alat
“ Gunakan sarung tangan untuk menghilangkan debu dan bercak ”
“ Gunakan lap untuk mengeringkan mesin yang basah “
Kalimat pendek pada contoh di atas dibentuk dengan format hirarki. Kedua contoh menyampaikan makna yang sama, akan tetapi pada contoh kalimat panjang lebih sulit untuk dipahami. Pada contoh di atas menampilkan satu langkah dengan dua cara untuk melakukan langkah tersebut.
2. Tulislah langkah-langkah di instruksi kerja sebagai kalimat perintah.
Kalimat perintah pada instruksi kerja lebih mudah untuk dipahami. Kalimat ini selalu dimulai dengan kata kerja. Sebagai berikut adalah contoh intruksi kerja tentang penimbangan waste:
Tidak jelas :
“ Berat waste harus dicatat pada laporan penimbangan “
Jelas :
“ Catat berat waste pada laporan penimbangan “
Pada contoh di atas, manajer ingin mengetahui hasil penimbangan waste sehingga dapat menentukan tindakan terhadap banyaknya waste. Pada contoh yang jelas mengarahkan personil yang melakukan penimbangan untuk mencatat informasi berat waste. Pada contoh yang tidak jelas dapat menimbulkan berbagai makna: apakah penimbang itu yang harus mencatat informasi tersebut, atau orang lain yang melakukannya?
3. Komunikasikan dengan baik melalui beberapa kata sebisa mungkin.
Penulis prosedur harus menggunakan kalimat langsung dan pendek, sehingga pembaca dapat lebih cepat memahami dan mengingat langkah-langkah dalam prosedur. Contohnya penulisan instruksi kerja dalam kasus pembersihan suatu tangki kimia adalah sebagai berikut :
Bertele-tele :
“ Pastikan Anda membuang semua sisa bahan kimia lama dari tangki sebelum menuangkan bahan kimia baru ke dalamnya “
Lugas :
Buang sisa bahan kimia lama sebelum menuangkan bahan kimia baru. Dua kalimat pada contoh di atas memiliki makna yang sama, akan tetapi kalimat yang lugas dapat langsung dipahami.
4. Gunakan akronim dan singkatan seminim mungkin.
Akronim dan singkatan digunakan jika dikenal secara umum, bukan hanya untuk memperpendek tulisan.