Selamat Datang Di Milis Resmi Saya Semoga Bermanfaat Bagi Kita Semua Hablun Minallah Wa Hablun Minannas Setiap Langkah Harus Dengan Arti, Setiap Langkah Harus Dengan Pikiran, Sebelum Melakukan Harus Hati-Hati, Kalau Jelas Itu Jelek/Buruk Dijauhi

KESEHATAN KERJA


Kesehatan kerja kedepan merupakan program kesehatan yang tidak bisa dianggap program kesehatan sampingan atau tidak penting. Kalau kita runut pentingnya kesehatan kerja sangat  mudah, seorang kepala rumah tangga yaitu figure Bapak atau Ibu yang bekerja tentunya merupakan kekuatan utama ekonomi sebuah keluarga. Apabila Bapak atau Ibu yang bekerja tersebut jatuh sakit maka bisa dipastikan penghasilan keluarganya juga akan berkurang, sehingga status ekonomi keluarga juga akan menurun. Pada masyarakat miskin akan berdampak langsung terhadap status Gizi dan Kesehatan keluarganya.
 Apabila masyarakat pekerja sehat dan produktif akan berdampak pada produktifitas suatu perusahaaan atau masyarakat dan akhirnya berujung pada produktifitas bangsa dan negara. Dengan demikian pekerja yang sehat menentukan kesejahteraan suatu bangsa dan negara.
Dari data BPS tahun 2005, tercatat jumlah penduduk usia kerja ( 15 V 54 tahun ) berjumlah 22.214.459 Jiwa atau 10, 2 % dari jumlah penduduk. Dengan rinciaan tempat bekerja pada sektor perdagangan ( 26,1 % ), sektor Industri (18,5 % ), Jasa ( 17 % ) , angkutan ( 13,3 % ), pertanian ( 11 % ), Bangunan ( 9,7 % ) sektor listrik, minyak dan Gas ( 0,5 % ). Dengan demikian sasaran Kesehatan kerja sangat banyak dan harus ditangani secara serius. Prosentasi 10,2 % penduduk usia kerja tersebut sangat menentukan kondisi tingkat sosial ekonomi keluarganya, masyarakat bangsa dan negara.
Masalah kesehatan kerja data-data yang juga harus ditangani secara serius adalah pekerja anak pada usia 10 V 17 tahun. Data Sakernas tahun 2004 pekerja anak usia 10 V17 tahun mencapai 2.865.073 jiwa. Tersebar di sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan ( 55,1 % ), pertambangan (1,3 %), Industri pengolahan ( 13,2 % ), Listrik, Gas dan Air (0,04 % ) , Bangunan (1,9% ), Perdagangan besar, eceran rumah makan dan hotel ( 17,1 % ), angkutan , pergudangan dan komunikasi ( 2,4 % ), keuangan, asuransi dan usaha persewaan ( 0.08 % ) serta jasa kemasyarakatan (8,2%).
Penelitian WHO pada pekerja tentang penyakit kerja di 5 ( lima ) benua tahun 1999, memperlihatkan bahwa penyakit gangguan oto rangka (Musculo Skeletal Disease ) pada urutan pertama 48 %, kemudian gangguan jiwa 10 V 30 %, penyakit paru obstruksi kronis 11 %, penyakit kulit ( Dermatotisis ) akibat kerja 10 %, gangguan pendengaran 9 %, keracunan pestisida 3 %, cedera dan lain-lain. Kesehatan Dunia tahun 2002 menempatkan resiko kerja pada urutan ke sepuluh penyebab terjadinya penyakit dan kematian. Dilaporkan bahwa faktor resiko kerja memberikan kontribusi pada penyakit berikut : 37 % penyakit tulang belakang, 16 % kehilangan pendengaran, 13 % penyakit paru obstruksi kronis, 11 % asma, 10 % kecelakaan, 9 % kanker paru dan 2 % Leukemia. Kematian yang juga disebabkan kecelakaan akibat kerja berjumlah 310.000 tiap tahun dan hampir 146.000 kematian kemungkinan disebabkan oleh hubungan kerja dengan karsinogen.
International Labour Organization (ILO) tahun 2002 melaporkan bahwa setiap tahun 2 ( dua ) juta orang meninggal dan terjadi 160 juta kasus PAK / PHAK serta 270 juta kasus kecelakaan akibat kerja. Kejadian ini berakibat dunia mengalai kerugian setara dengan 1, 25 trilun dolar atau 4% GNP dunia. Dari 27 negara yang dipantau ILO (2001), data kematian pekerja di Indonesia berada pada posisi 26.
Data Jamsostek ( 2003 ) menunjukkan bahwa setiap hari kerja terjadi 7 kematian pekerja dari 400 kasus kecelakaan akibat kerja dengan 9,83% (10.393 kasus) mengalami cacat dan terpaksa tidak mampu bekerja lagi. Data lain menyebutkan, hingga triwulan pertama 2004, tercatat 20.937 kasus kecelakaan kerja, sehingga setiap hari terjadi 49 kasus kecelakaan kerja dengan lima korban meninggal per hari. Hingga Agustus 2004 jumlah tersebut meningkat menjadi 86.880 kasus . Angka ini hanya merupakan angka yang dilaporkan sedangkan angka yang sesungguhnya belum diketahui secara pasti. Hal ini seperti fenomena puncak gunung es.
Dengan fakta-fakta data-data dan uraian informasi diatas tidak bisa dipungkiri bahwa