Berdasarkan data hasil penelitian jumlah retikulosit pada 36 orang pasien pasca persalinan yang diperoleh di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Kota Makassar tidak terdapat perbedaan bermakna antara cara basah dan cara kering baik secara nilai rata-rata maupun secara uji statistik Independent sample T Test.
Tidak adanya perbedaan hasil pemeriksaan jumlah retikulosit cara basah dan cara kering pasien pasca persalinan pada penelitian ini tidak terlepas dari pengaruh beberapa faktor yaitu kedua cara sama-sama mengunakan pewarnaan supravital Brilian Crezyl Blue (BCB) 1 %, peralatan yang baru dan bersih, ketepatan teknik pembuatan apusan darah tepi dan kaca penutup, pembacaan sediaan, suhu ruang yang sama (18-25°C) dan segera dilakukan pemeriksaan jumlah retikulosit secara bersamaan tanpa ada penundaan. Beberapa faktor densitas pemeriksaan jumlah retikulosit adalah Semakin tinggi kadar zat warna yang dipakai semakin baik retikulum itu nampaknya yaitu lebih lebar dan kurang pecah-pecahnya. Dengan mengeringkan smear darah retikulum menjadi halus. Dengan memanaskan dapat merusak retikulum sehingga hanya terlihat bentuk-bentuk batang atau granula-granula.Perubahan pH larutan suatu zat warna kearah sifat asam menyebabkan retikulum berbentuk granula halus sedangkan kearah sifat alkalis menyebabkan terikulum berbentuk noktah-noktah. Creanated eryhtrosit (keriput) menghambat masuknya zat warna kedalam sel sehingga tak terlihat apa-apa (20).
Hal ini berarti bahwa cara basah dan cara kering baik untuk digunakan dalam pemeriksaan jumlah retikulosit di laboratorium sehari-hari . Cara basah lebih mudah, ringkas dikerjakan dan waktu yang diperlukan lebih singkat sehingga membuat cara basah lebih efisien dibandingkan cara kering. Hal ini berbeda dengan cara kering yang memiliki kelemahan pada proses pembuatan sediaan, karena dikerjakan cukup lama, proses pembacaan yang perlu waktu pengeringan dan fiksasi yang lebih lama sehingga mengurangi kepraktisan dalam penggunaannya (17).
Walaupun tidak terdapat perbedaan kedua cara, tetapi melihat untuk setiap sampelnya terdapat nilai retikulosit yang fluktuatif baik cara basah maupun cara kering, dimana ada beberapa terdapat hasil lebih tinggi dan ada juga yang lebih rendah pada kedua cara. Pada kondisi nilai retikulosit dalam batas normal perbedaan keduanya tidak terlalu jauh, namun pada kondisi nilai diatas normal dan abnormal, terlihat agak jauh. Hal ini terlihat perbedaan pada sampel Q cara basah 1,8 % sedangan cara kering 0.3 % dengan selisih 1.5 % lebih tinggi cara basah. Pada cara kering ditemukan jumlah retikuosit yang abnormal dengan kisaran jumlah retikuosit 0.1 % - 0.3 % sedangkan untuk jumlah retikulosit normal sekitar 0,5 sampai 2,5% dari sel darah merah yang beredar (9). Keadaan ini terjadi disebabkan faktor pada saat membuat apusan dan pembacaan slide. Apusan slide yang tidak merata sangat mempengaruhi pemeriksaan jumlah retikulosit. Pada pembacaan slide kesalahan dapat terjadi terutama pada penentuan bentuk sel darah dan penumpukan sel.
Hitung retikulosit merupakan indikator aktivitas sumsum tulang, dan digunakan untuk membantu diagnosis etiologi anemia. Normalnya, terdapat sedikit retikulosit didalam sirkulasi; namun demikian, bila terjadi peningkatan hitung retikulosit, hal ini menunjukkan akselerasi produksi SDM (9). Anemia dengan respons sumsum tulang yang memadai (retikulositosis) yang menyebabkan reaksi kompensasi anemia, misalnya; perdarahan atau hemolisis (10).
Kelemahan lain cara basah adalah tidak dapat disimpan dengan waktu yang cukup lama dan sel retikulosit bergerak yang menyebabkan sel dapat terhitung ulang dibandingkan menggunakan cara kering yang sediaan dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama.
Penggunaan cara kering dalam kegiatan di laboratorium kesehatan di Indonesia dapat digunakan sebagai cara yang cukup baik dan dapat diperiksa kapan saja dalam pemeriksaan jumlah retikulosit. Bila untuk kebutuhan pemeriksaan jumlah retikulosit rutin dan checkup dengan jumlah sampel yang banyak sangat baik digunakan karena mempersingkat waktu persiapan pasien dan mudah dilakukan yang membedakan kedua cara untuk analisis jumlah retikulosit hanyalah efektifitas dan efisiensi waktu.