Penelitian menggunakan metode komparasi, yaitu untuk mengetahui perbandingan antara tes Tuberkulosis metode Imunokromatografi ABON Rapid Card anti-TB dan mikroskopik Basil Tahan Asam (BTA).
Berdasarkan tinjauan pustaka sumber infeksi yang paling sering adalah manusia yang mengeksresi basil tuberkel dalam jumlah besar, terutama dari saluran pernapasan. Kontak yang rapat (misalnya dalam keluarga) dam kontak secara pasif (misalnya di antara tenaga kesehatan) menyebabkan banyak kemungkinan terjadi penularan melalui inti droplet.
Kerentanan terhadap tuberkulosis meliputi risiko memperoleh infeksi dan risiko timbulnya penyakit setelah terjadi infeksi. Bagi orang dengan tes tuberkulin-negatif, risiko memperoleh basil tuberkel bergantung pada kontak dengan sumber-sumber basil penyebab infeksi, terutama dari penderita dengan dahak positif. Risiko ini sebanding dengan angka infeksi aktif pada penduduk, tingkat kepadatan penduduk, keadaan sosial ekonomi yang merugikan, dan perawatan kesehatan yang tidak memadai,
Kondisi pada beberapa sampel yang positif BTA tetapi negatif pada pemeriksaan metode immunokromatografi rapid mungkin di sebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi hasil, antara lain:.
Dan juga berdasarkan surat edaran Direktorat Jendral Bina Upaya Pelayanan Kesehatan mengenai larangan penggunaan metode serologi untuk penegakan diagnosa TB yang mengacu pada pertimbangan WHO tahun 2010 yang tidak lagi merekomendasikan penggunaan metode serologi untuk tujuan diagnosis TB paru dan ekstra paru karena hasil pemeriksaan yang tidak konsisten dan tidak tepat karena test serologi komersil yang banyak beredar saat ini memiliki performa yang sangat bervariasi, namun sebagian besar kurang baik dalam hal sensitivitas dan spesifitas. Selain itu, tes serologi termasuk metode rapid test juga banyak menimbulkan hasil positif palsu.
Berdasarkan tinjauan pustaka sumber infeksi yang paling sering adalah manusia yang mengeksresi basil tuberkel dalam jumlah besar, terutama dari saluran pernapasan. Kontak yang rapat (misalnya dalam keluarga) dam kontak secara pasif (misalnya di antara tenaga kesehatan) menyebabkan banyak kemungkinan terjadi penularan melalui inti droplet.
Kerentanan terhadap tuberkulosis meliputi risiko memperoleh infeksi dan risiko timbulnya penyakit setelah terjadi infeksi. Bagi orang dengan tes tuberkulin-negatif, risiko memperoleh basil tuberkel bergantung pada kontak dengan sumber-sumber basil penyebab infeksi, terutama dari penderita dengan dahak positif. Risiko ini sebanding dengan angka infeksi aktif pada penduduk, tingkat kepadatan penduduk, keadaan sosial ekonomi yang merugikan, dan perawatan kesehatan yang tidak memadai,
Kondisi pada beberapa sampel yang positif BTA tetapi negatif pada pemeriksaan metode immunokromatografi rapid mungkin di sebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi hasil, antara lain:.
- Respon imun dari penderita TB rendah untuk menghasilkan antibodi yang spesifik terhadap M. tuberculosis, sehingga belum terdeteksi menggunakan rapid card.
- Faktor-faktor kesalahan dalam melakukan pemeriksaan, seperti penanganan sampel serum yang kurang baik.
- Kemungkinan dari kesalahan alat pemeriksaan rapid card TB baik dari bahan atau antigen yang digunakan.
- Jumlah sampel yang kurang banyak dalam pelaksanaan penelitian ini sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Dan juga berdasarkan surat edaran Direktorat Jendral Bina Upaya Pelayanan Kesehatan mengenai larangan penggunaan metode serologi untuk penegakan diagnosa TB yang mengacu pada pertimbangan WHO tahun 2010 yang tidak lagi merekomendasikan penggunaan metode serologi untuk tujuan diagnosis TB paru dan ekstra paru karena hasil pemeriksaan yang tidak konsisten dan tidak tepat karena test serologi komersil yang banyak beredar saat ini memiliki performa yang sangat bervariasi, namun sebagian besar kurang baik dalam hal sensitivitas dan spesifitas. Selain itu, tes serologi termasuk metode rapid test juga banyak menimbulkan hasil positif palsu.